Tangan Dingin Van Basten
16 Juni 2008 | Label: Belanda, Euro 2008, Marco van Basten | |Kemenangan dua laga awal putaran final Piala Eropa 2008 tim "Oranye" Belanda mencuri perhatian dunia. Tidak tanggung-tanggung, tim yang mereka kalahkan adalah Italia (3-0) dan Perancis (4-1). Keduanya pernah menjadi juara dunia.
Adalah Marco van Basten (43), sosok pelatih di balik skuad Oranye. Ia merupakan "anak emas" yang terpilih menggantikan Pelatih Dick Advocaat pasca-Piala Eropa 2004. Sebelum menjadi pelatih, Van Basten pernah menjadi striker timnas Belanda yang sukses menjuarai Piala Eropa 1988 bersama Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Ronald Koeman. Jika Belanda menjuarai Piala Eropa 2008, ia orang pertama yang menggaet piala ini sebagai pemain dan pelatih.
Kiprahnya di sepak bola profesional dimulai ketika berusia 18 tahun, bergabung dengan Ajax Amsterdam. Namanya melambung setelah berhasil membawa Ajax menjuarai Liga Belanda tahun 1982, 1983, 1985, 1986, dan 1987. Bersama Ajax, ia juga meraih Piala Nasional 1983, Juara Winner Cup Eropa 1987, dan mendapat "Sepatu Emas" Eropa 1986. Tercatat dari 172 laga bersama Ajax, ia mengoleksi 151 gol.
Setahun berikutnya ia hijrah ke tim elite Italia, AC Milan. Setahun di sana ia sudah merasakan menjadi juara Serie A Liga Italia. Namanya kian bersinar karena pada tahun 1988 Van Basten membawa Belanda menjadi juara Piala Eropa pertama kali. Tahun itu ia pun terpilih menjadi pemain terbaik Eropa dan dunia.
Selanjutnya dua tahun berturut-turut-1989 dan 1990-ia membawa AC Milan menjadi juara Liga Champions, Piala Super Eropa, serta Piala Intercontinental. Bahkan, pada 1989 ia terpilih menjadi pemain terbaik Eropa untuk kedua kalinya. Gelar pemain terbaik Eropa dan dunia kembali diraihnya tahun 1992. Top scorer Serie A Liga Italia itu juga membawa timnya merebut kembali juara Serie A.
Tahun 1993 menjadi akil balik kariernya sebagai pemain. Meski AC Milan menjadi juara Serie A dan finalis Liga Champions, tahun itu ia terpaksa mengakhiri karier sebagai pemain. Saat final Liga Champions menghadapi klub Perancis, Marseille, pemain lawan, Basile Boli, melakukan tackling keras sehingga kakinya cedera parah. Tahun 1995, pada usia 28 tahun, ia memutuskan untuk gantung sepatu.
Tahun 2002, ia menjadi pelatih pengganti di klub asalnya, Ajax Amsterdam. Juli 2004, Federasi Sepak bola Kerajaan Belanda (KNVB) memilihnya menjadi pelatih tim nasional. Publik Belanda sempat meragukan kemampuannya sebagai pelatih. Keraguan itu perlahan sirna setelah dalam 15 laga berikutnya, Belanda menjadi tim yang tak terkalahkan.
Di bawah kepemimpinan Van Basten, publik Belanda bisa berharap menjuarai Piala Eropa 2008. Sesudah itu, dipastikan ia mengundurkan diri sebagai pelatih timnas dan akan melatih klub Ajax Amsterdam. (C Wahyu Haryo PS)
Adalah Marco van Basten (43), sosok pelatih di balik skuad Oranye. Ia merupakan "anak emas" yang terpilih menggantikan Pelatih Dick Advocaat pasca-Piala Eropa 2004. Sebelum menjadi pelatih, Van Basten pernah menjadi striker timnas Belanda yang sukses menjuarai Piala Eropa 1988 bersama Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Ronald Koeman. Jika Belanda menjuarai Piala Eropa 2008, ia orang pertama yang menggaet piala ini sebagai pemain dan pelatih.
Kiprahnya di sepak bola profesional dimulai ketika berusia 18 tahun, bergabung dengan Ajax Amsterdam. Namanya melambung setelah berhasil membawa Ajax menjuarai Liga Belanda tahun 1982, 1983, 1985, 1986, dan 1987. Bersama Ajax, ia juga meraih Piala Nasional 1983, Juara Winner Cup Eropa 1987, dan mendapat "Sepatu Emas" Eropa 1986. Tercatat dari 172 laga bersama Ajax, ia mengoleksi 151 gol.
Setahun berikutnya ia hijrah ke tim elite Italia, AC Milan. Setahun di sana ia sudah merasakan menjadi juara Serie A Liga Italia. Namanya kian bersinar karena pada tahun 1988 Van Basten membawa Belanda menjadi juara Piala Eropa pertama kali. Tahun itu ia pun terpilih menjadi pemain terbaik Eropa dan dunia.
Selanjutnya dua tahun berturut-turut-1989 dan 1990-ia membawa AC Milan menjadi juara Liga Champions, Piala Super Eropa, serta Piala Intercontinental. Bahkan, pada 1989 ia terpilih menjadi pemain terbaik Eropa untuk kedua kalinya. Gelar pemain terbaik Eropa dan dunia kembali diraihnya tahun 1992. Top scorer Serie A Liga Italia itu juga membawa timnya merebut kembali juara Serie A.
Tahun 1993 menjadi akil balik kariernya sebagai pemain. Meski AC Milan menjadi juara Serie A dan finalis Liga Champions, tahun itu ia terpaksa mengakhiri karier sebagai pemain. Saat final Liga Champions menghadapi klub Perancis, Marseille, pemain lawan, Basile Boli, melakukan tackling keras sehingga kakinya cedera parah. Tahun 1995, pada usia 28 tahun, ia memutuskan untuk gantung sepatu.
Tahun 2002, ia menjadi pelatih pengganti di klub asalnya, Ajax Amsterdam. Juli 2004, Federasi Sepak bola Kerajaan Belanda (KNVB) memilihnya menjadi pelatih tim nasional. Publik Belanda sempat meragukan kemampuannya sebagai pelatih. Keraguan itu perlahan sirna setelah dalam 15 laga berikutnya, Belanda menjadi tim yang tak terkalahkan.
Di bawah kepemimpinan Van Basten, publik Belanda bisa berharap menjuarai Piala Eropa 2008. Sesudah itu, dipastikan ia mengundurkan diri sebagai pelatih timnas dan akan melatih klub Ajax Amsterdam. (C Wahyu Haryo PS)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/15/0123032/tangan.dingin.van.basten.untuk.kejayaan .tim.oranye