Semoga yang Tahu Cara Bermain Terus Tampil
17 Juni 2008 | Label: Euro 2008, Luis Cesar Menotti | |Apa yang semula terasa seperti angin sepoi-sepoi dan kemudian berubah menjadi angin kencang itu membuat kita kini bisa menonton laga bagus di fase kedua penyisihan grup Piala Eropa 2008, khususnya pertarungan antara Belanda dan Perancis, yang menguatkan harapan akan adanya permainan indah dan meningkatkan gengsi event ini.
Spanyol masih berupaya untuk tampil cemerlang, yang memang memuaskan. Melawan Swedia, sebuah permainan khas dikembangkan. Pada satu sisi Spanyol memulai dengan gaya tertentu yang didasarkan pada watak para pemainnya, sementara di pihak lain Swedia mengadopsi sikap bahwa "mereka (Spanyol) selalu bermain sangat baik, jadi kami tak akan membiarkan mereka bermain".
Terlepas dari fakta bahwa Spanyol masih menanti sejumlah pemainnya mencapai kemampuan terbaik mereka, Spanyol terus mencari cara untuk bermain dengan baik. Mereka punya dua striker ampuh: Villa dan Torres.
Kendati demikian, kita bisa mendeteksi adanya berbagai kekurangan. Pertama, Spanyol belum menemukan kemitraan kecil yang-melalui teknik dan keterampilan individual-memungkinkan mereka meningkatkan efisiensi lewat praktik.
Kedua, mereka punya kekurangan dalam pertahanan yang harus dikoreksi jika bertemu dengan lawan yang punya cara serang lebih efektif. Para pemain Spanyol tidak menonjol dalam man-to-man marking dan saat mendekati 20 meter terakhir, mereka gagal mengurangi ruang dengan gaya sempurna seperti yang dilakukan pemain Belanda.
Kemenangan Spanyol ini tak bisa disalahkan. Mereka menang dengan baik. Tim Spanyol telah cukup membuktikan bakal menjadi salah satu calon juara.
Agar sepak bola menjadi tontonan yang hebat, pertama-tama kita harus punya dua tim yang mencoba bermain lebih baik daripada yang lain, dan bukannya mencoba mencegah yang lain bermain dengan baik dan kemudian menunggu apa yang bakal terjadi.
Belanda, seperti juga Perancis, pandai memanfaatkan lebar lapangan. Satu-satunya perbedaan yang dimiliki Belanda adalah bagaimana mereka mengurangi ruang ketika lawan tengah mengendalikan bola, sesuai dengan peraturan.
(Pertemuan Belanda-Perancis) itu merupakan laga yang hebat dan merupakan penghormatan bagi event seprestisius ini. Kita perlu menyebut soal keberuntungan, yang memang ada.
Italia tak bisa mengatasi Romania. Tetapi Italia ini berbeda. Roberto Donadoni mencoba pendekatan lain. Tim ini mendapat otoritas yang lebih besar sepanjang permainan.
Tetapi jelas bahwa jika sebuah tim, lebih daripada yang lain, merupakan sebuah gagasan pencarian efisiensi, maka gagasan ini memperoleh kekuatan melalui keyakinan dan usaha. Jelas bahwa tingkat yang dicapai akan bergantung pada musisinya. Anda bisa membuat orkestra yang brilian, atau orkestra yang tidak padu. Tanpa gagasan dan praktik, dan tanpa musisi yang brilian, semuanya sangat sulit.
Penampilan tim Italia ini dalam beberapa hal lebih baik dibandingkan dengan pertandingan pertama; tetapi ini tidak cukup karena mereka punya masalah yang butuh waktu untuk dipecahkan. Pertahanan mereka amat buruk jika melakukannya tidak beramai-ramai, mereka mencampuradukkan antara bertahan (apa yang perlu dipertahankan? zona scoring) dan mendapatkan bola. Mereka keluar untuk mendapatkan musuh dan bola jauh dari zona scoring, dan ini membuat Romania bisa menciptakan bahaya hanya dari kesempatan yang kecil.
Italia tidak biasa bermain man-to-man. Saya yakin waktunya sudah tiba untuk mencapai kesimpulan, dan kita bisa katakan: kalau kita pelajari sejarah dengan menilik hasil-hasilnya, sangat sulit bagi Italia untuk berubah. Sangat urgen bagi Italia untuk dilakukan pembenahan.
Portugal melampaui babak penyisihan dengan mulus. Merujuk pada apa yang selalu saya katakan: mereka tampaknya sebuah tim yang bagus. Mereka tampak bermain dengan baik. Mereka selalu tampak seperti itu. Untuk berhenti menjadi "tampaknya" dan mulai dengan menjadi "sesungguhnya", mereka harus memperjelas permainan tim mereka. Pesepak bola dengan teknik, kekuatan fisik, dan keterampilan yang luar biasa, jika menggunakan semua hal ini untuk memperkuat gagasan kolektif, mereka pasti akan menjadi calon (juara) yang lebih kuat.
Cristiano Ronaldo adalah pemain dengan kualitas terbaik di dunia. Terampil dan kuat, tak seperti yang lain Ronaldo menendang bola dengan kedua kakinya, menanduk bola dengan cara terbaik. Ia punya gen sebagai bintang, tetapi ia tidak mampu mengalihkan kemampuannya ini semua ke dalam permainan kolektif. Ketika menerima bola, dan ada kurang dari empat lawan di dekatnya, ia akan langsung melewati mereka; tetapi kalau jumlahnya lebih dari empat, ia mengoper kepada teman satu timnya dan kemudian cuma mengawasi.
Sementara Deco, kalau memegang bola, selalu berpikir untuk melakukan operan ajaib. Kalau kita tambahkan Simao, yang selalu ingin pamer kemampuan hebatnya, dan Nuno Gomez yang selalu berpikir seperti pencetak gol dan bukannya sebagai pemain depan, maka tim ini tak bermain baik.
Andaikata mereka bisa membuat roadmap di mana mereka semua bermain bersama lebih baik dibanding permainan individual mereka, Portugal bisa tampil menjadi calon juara. Saat ini ketergantungan pada Ronaldo untuk efisiensi menjadikan Portugal tampil sebagai sebuah tim yang bagus.
Jerman, yang bermain dengan baik pada awalnya, menunjukkan sebuah realitas: mereka kurang keyakinan yang jelas dalam mengatasi kesulitan saat mereka berhadapan dengan tim yang punya tipe permainan berbeda. Bahkan orang yang diharapkan-berdasarkan prestisenya-menjadi kapten dalam mengatasi kesulitan, Ballack, malah menjadi pemain yang paling terpengaruh.
Kroasia yang tertib, dengan teknik yang bagus, aman dalam strateginya, secara tak terduga telah mengalahkan Jerman.
Tentu saja strategi dibuat berdasarkan informasi ketimbang rencana yang kaku. Bermula dari sebuah keputusan awal, strategi memungkinkan terciptanya serangkaian skenario yang bisa dimodifikasi sesuai dengan informasi yang sampai kepada kita. Jerman kurang dalam hal ini. Atau, kalau sebenarnya Jerman memilikinya, tim ini tidak mampu membuat penyesuaian yang diperlukan.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/17/0024067/semoga.yang.tahu.cara.bermain.terus.ta mpil
Spanyol masih berupaya untuk tampil cemerlang, yang memang memuaskan. Melawan Swedia, sebuah permainan khas dikembangkan. Pada satu sisi Spanyol memulai dengan gaya tertentu yang didasarkan pada watak para pemainnya, sementara di pihak lain Swedia mengadopsi sikap bahwa "mereka (Spanyol) selalu bermain sangat baik, jadi kami tak akan membiarkan mereka bermain".
Terlepas dari fakta bahwa Spanyol masih menanti sejumlah pemainnya mencapai kemampuan terbaik mereka, Spanyol terus mencari cara untuk bermain dengan baik. Mereka punya dua striker ampuh: Villa dan Torres.
Kendati demikian, kita bisa mendeteksi adanya berbagai kekurangan. Pertama, Spanyol belum menemukan kemitraan kecil yang-melalui teknik dan keterampilan individual-memungkinkan mereka meningkatkan efisiensi lewat praktik.
Kedua, mereka punya kekurangan dalam pertahanan yang harus dikoreksi jika bertemu dengan lawan yang punya cara serang lebih efektif. Para pemain Spanyol tidak menonjol dalam man-to-man marking dan saat mendekati 20 meter terakhir, mereka gagal mengurangi ruang dengan gaya sempurna seperti yang dilakukan pemain Belanda.
Kemenangan Spanyol ini tak bisa disalahkan. Mereka menang dengan baik. Tim Spanyol telah cukup membuktikan bakal menjadi salah satu calon juara.
Agar sepak bola menjadi tontonan yang hebat, pertama-tama kita harus punya dua tim yang mencoba bermain lebih baik daripada yang lain, dan bukannya mencoba mencegah yang lain bermain dengan baik dan kemudian menunggu apa yang bakal terjadi.
Belanda, seperti juga Perancis, pandai memanfaatkan lebar lapangan. Satu-satunya perbedaan yang dimiliki Belanda adalah bagaimana mereka mengurangi ruang ketika lawan tengah mengendalikan bola, sesuai dengan peraturan.
(Pertemuan Belanda-Perancis) itu merupakan laga yang hebat dan merupakan penghormatan bagi event seprestisius ini. Kita perlu menyebut soal keberuntungan, yang memang ada.
Italia tak bisa mengatasi Romania. Tetapi Italia ini berbeda. Roberto Donadoni mencoba pendekatan lain. Tim ini mendapat otoritas yang lebih besar sepanjang permainan.
Tetapi jelas bahwa jika sebuah tim, lebih daripada yang lain, merupakan sebuah gagasan pencarian efisiensi, maka gagasan ini memperoleh kekuatan melalui keyakinan dan usaha. Jelas bahwa tingkat yang dicapai akan bergantung pada musisinya. Anda bisa membuat orkestra yang brilian, atau orkestra yang tidak padu. Tanpa gagasan dan praktik, dan tanpa musisi yang brilian, semuanya sangat sulit.
Penampilan tim Italia ini dalam beberapa hal lebih baik dibandingkan dengan pertandingan pertama; tetapi ini tidak cukup karena mereka punya masalah yang butuh waktu untuk dipecahkan. Pertahanan mereka amat buruk jika melakukannya tidak beramai-ramai, mereka mencampuradukkan antara bertahan (apa yang perlu dipertahankan? zona scoring) dan mendapatkan bola. Mereka keluar untuk mendapatkan musuh dan bola jauh dari zona scoring, dan ini membuat Romania bisa menciptakan bahaya hanya dari kesempatan yang kecil.
Italia tidak biasa bermain man-to-man. Saya yakin waktunya sudah tiba untuk mencapai kesimpulan, dan kita bisa katakan: kalau kita pelajari sejarah dengan menilik hasil-hasilnya, sangat sulit bagi Italia untuk berubah. Sangat urgen bagi Italia untuk dilakukan pembenahan.
Portugal melampaui babak penyisihan dengan mulus. Merujuk pada apa yang selalu saya katakan: mereka tampaknya sebuah tim yang bagus. Mereka tampak bermain dengan baik. Mereka selalu tampak seperti itu. Untuk berhenti menjadi "tampaknya" dan mulai dengan menjadi "sesungguhnya", mereka harus memperjelas permainan tim mereka. Pesepak bola dengan teknik, kekuatan fisik, dan keterampilan yang luar biasa, jika menggunakan semua hal ini untuk memperkuat gagasan kolektif, mereka pasti akan menjadi calon (juara) yang lebih kuat.
Cristiano Ronaldo adalah pemain dengan kualitas terbaik di dunia. Terampil dan kuat, tak seperti yang lain Ronaldo menendang bola dengan kedua kakinya, menanduk bola dengan cara terbaik. Ia punya gen sebagai bintang, tetapi ia tidak mampu mengalihkan kemampuannya ini semua ke dalam permainan kolektif. Ketika menerima bola, dan ada kurang dari empat lawan di dekatnya, ia akan langsung melewati mereka; tetapi kalau jumlahnya lebih dari empat, ia mengoper kepada teman satu timnya dan kemudian cuma mengawasi.
Sementara Deco, kalau memegang bola, selalu berpikir untuk melakukan operan ajaib. Kalau kita tambahkan Simao, yang selalu ingin pamer kemampuan hebatnya, dan Nuno Gomez yang selalu berpikir seperti pencetak gol dan bukannya sebagai pemain depan, maka tim ini tak bermain baik.
Andaikata mereka bisa membuat roadmap di mana mereka semua bermain bersama lebih baik dibanding permainan individual mereka, Portugal bisa tampil menjadi calon juara. Saat ini ketergantungan pada Ronaldo untuk efisiensi menjadikan Portugal tampil sebagai sebuah tim yang bagus.
Jerman, yang bermain dengan baik pada awalnya, menunjukkan sebuah realitas: mereka kurang keyakinan yang jelas dalam mengatasi kesulitan saat mereka berhadapan dengan tim yang punya tipe permainan berbeda. Bahkan orang yang diharapkan-berdasarkan prestisenya-menjadi kapten dalam mengatasi kesulitan, Ballack, malah menjadi pemain yang paling terpengaruh.
Kroasia yang tertib, dengan teknik yang bagus, aman dalam strateginya, secara tak terduga telah mengalahkan Jerman.
Tentu saja strategi dibuat berdasarkan informasi ketimbang rencana yang kaku. Bermula dari sebuah keputusan awal, strategi memungkinkan terciptanya serangkaian skenario yang bisa dimodifikasi sesuai dengan informasi yang sampai kepada kita. Jerman kurang dalam hal ini. Atau, kalau sebenarnya Jerman memilikinya, tim ini tidak mampu membuat penyesuaian yang diperlukan.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/17/0024067/semoga.yang.tahu.cara.bermain.terus.ta mpil