Belanda Punya "Hero" Baru
16 Juni 2008 | Label: Belanda, Euro 2008, Marco van Basten | |Bern, Kompas - Boleh saja menobatkan Ruud van Nistelrooy, Wesley Sneijder, dan Giovanni van Bronckhorst sebagai pahlawan kemenangan Belanda, karena gol mereka yang membuat Italia tumbang 3-0. Akan tetapi, bintang yang tak kalah bersinar pada laga Senin (9/6) malam lalu di Stade de Suisse, Bern, adalah duet gelandang bertahan Orlando Engelaar dan Nigel de Jong.
Duet ini pilihan spekulatif pelatih Marco van Basten, setelah dua andalan mereka: Mark van Bommel (Bayern Muenchen) dan Clarence Seedorf (AC Milan), menolak bergabung dengan tim nasional. Dengan formasi 4-2-3-1, sesuai tactical line up yang diedarkan di kalangan wartawan, van Basten akhirnya memasang Engelaar-de Jong, di belakang trio gelandang serang: Dirk Kuyt, Rafael van der Vaart dan Wesley Sneijder.
Pilihan van Basten tak keliru. Dari pengamatan Kompas, duet ini sukses membendung awal serangan Italia, yang mayoritas dikoordinir Andrea Pirlo. Dengan demikian, tugas kuartet bertahan Andre Ooijer, Joris Mathijsen, Khalid Boulahrouz dan Giovanni van Bronckhosrt, tak terlalu berat. Para pemain bertahan tinggal memungkasi umpan-umpan panjang. Sedangkan umpan pendek dari kaki ke kaki, lebih dulu dihalau Engelaar dan de Jong.
Di luar dugaan
Keberadaan Engelaar dan de Jong tergolong di luar dugaan. Maklum, Engelaar masih hijau di tim oranye, karena baru tujuh kali tampil untuk tim nasional.De Jong pun bukan pilihan utama setelah tiadanya Bommel dan Seedorf, karena masih ada van Bronckhorst yang juga bisa ditampilkan sebagai gelandang bertahan, serta pemain AZ Alkmaar, Demy de Zeeuw.
Engelaar yang tinggi badannya mencapai 198 sentimeter, termasuk salah satu pemain tertinggi di Liga Belanda, efektif menghalau bola-bola lambung. Berpasangan dengan De Jong yang hanya 174 sentimeter, duet ini terlihat seperti maxi-mini.
Kemenangan pada laga perdana ini, diakui Dirk Kuyt, menghadirkan pesta kecil-kecilan di kamar ganti tim Belanda, usai laga tersebut. "Ada perayaan mendadak di ruang ganti pemain. Saya kira wajar, karena kami mengalahkan Italia, juara dunia tiga kali," kata Kuyt kepada sejumlah wartawan termasuk Kompas, usai pertandingan tersebut.
Namun, lanjut penyerang Liverpool itu, meski hasil maksimal itu layak disyukuri, itu baru hasil partai pertama. Masih ada dua laga berikut yang tak kalah pentingnya, yakni melawan Perancis dan Romania. "Malam ini memang penampilan hebat tim Belanda. Terutama dengan serangan balik yang brilian dan sukses menghasilkan gol kedua," kata Kuyt, yang juga berkontribusi dalam gol kedua dengan assist kepada Sneijder. (Adi Prinantyo, dari Bern Swiss)
Aksi 90 Menit Milik Belanda
Bern, Kompas - Setelah gagal tampil impresif di Piala Dunia, tim Belanda menghadirkan permainan menawan pada partai perdana mereka di Grup C Piala Dunia, Senin (9/6) malam di Stade de Suisse, Bern, Swiss. Tak tanggung-tanggung, dominasi tim Oranye sepanjang 90 menit pertandingan, menghadirkan kekalahan telak 0-3 bagi juara dunia tiga kali, Italia.
Meski kalah, tim "Azzurri" sebenarnya sempat beberapa kali membahayakan gawang Edwin van der Sar. Saat laga baru memasuki menit ketiga misalnya, pemain sayap muda, Antonio di Natale sudah mengoper bola umpan matang ke muka gawang. Namun bola yang ibarat tinggal "disantap" itu, gagal disambar Luca Toni.
Namun, setelah itu Belanda mulai menemukan irama permainan menyerang khas mereka, yang malam itu dipasang van Basten dalam formasi yang tergolong "langka" untuk Belanda: 4-2-3-1. Sesuai tactical line up yang diterima wartawan, di depan kuartet pertahanan Andre Ooijer, Khalid Boulahrouz, Joris Mathijsen dan Giovanni van Bronckhorst; van Basten memasang duet gelandang bertahan Orlando Engelaar dan Nigel de Jong.
Sedangkan tiga gelandang serang yang disiagakan di belakang striker tunggal Ruud van Nistelrooy, adalah Dirk Kuyt, Rafael van der Vaart, dan Wesley Sneijder. Formasi itu memungkinkan Belanda terus mengurung pertahanan Italia, yang memasang duet bek tengah Marco Materazzi dan Andrea Barzagli.
Belanda memperoleh kans pertama pada menit ke-10, lewat sepakan free kick Sneijder, yang mental oleh pagar betis pemain Italia, sebelum disambar van der Vaart lalu ditangkap Gianluigi Buffon. Setelah itu, peluang bertubi-tubi lahir buat tim Oranye.
Menit ke-17, variasi umpan Kuyt dan Nistelrooy membuat bola mengarah ke kotak penalti, namun bola keburu dihalau Buffon. Enam menit kemudian, giliran bola tendangan bebas Sneijder yang dibuang Materazzi.
Gol yang dinanti-nanti puluhan ribu suporter Belanda yang memenuhi dua pertiga kapasitas Stade de Suisse, yang berkapasitas 30.777 tempat duduk, lahir pada menit ke-25. Nistelrooy menyambar bola tendangan Sneijder, dalam posisi berbau offside. Meski demikian, wasit Peter Frojdfeldt tetap mengesahkan gol itu.
Tim "Azzurri" yang asyik menyerang setelah tertinggal satu gol, akhirnya lengah dalam bertahan. Lima menit kemudian, Belanda menghadirkan serangan balik, yang layak dianggap sebagai salah satu proses gol terindah selama Euro kali ini.
Van Bronckhorst yang menyusur sayap kiri, mengirim umpan lambung ke sayap kanan, di mana ada Kuyt. Tanpa didahului kontrol bola, Kuyt menyundul bola ke posisi Sneijder. Gelandang Real Madrid itu menyontek bola ke gawang, dan 2-0.
Keunggulan dua gol Belanda bertambah pada menit ke-78, lewat sundulan van Bronckhorst, dengan posisi Buffon yang sudah keluar dari sarangnya. Belanda bisa unggul 5-0, andai bola tendangan Ibrahim Afellay tidak membentur mistar, dan sepakan Robin van Persie tidak menyamping. (Adi Prinantyo, dari Bern, Swiss)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/11/02023810/belanda.punya.hero.baru
Duet ini pilihan spekulatif pelatih Marco van Basten, setelah dua andalan mereka: Mark van Bommel (Bayern Muenchen) dan Clarence Seedorf (AC Milan), menolak bergabung dengan tim nasional. Dengan formasi 4-2-3-1, sesuai tactical line up yang diedarkan di kalangan wartawan, van Basten akhirnya memasang Engelaar-de Jong, di belakang trio gelandang serang: Dirk Kuyt, Rafael van der Vaart dan Wesley Sneijder.
Pilihan van Basten tak keliru. Dari pengamatan Kompas, duet ini sukses membendung awal serangan Italia, yang mayoritas dikoordinir Andrea Pirlo. Dengan demikian, tugas kuartet bertahan Andre Ooijer, Joris Mathijsen, Khalid Boulahrouz dan Giovanni van Bronckhosrt, tak terlalu berat. Para pemain bertahan tinggal memungkasi umpan-umpan panjang. Sedangkan umpan pendek dari kaki ke kaki, lebih dulu dihalau Engelaar dan de Jong.
Di luar dugaan
Keberadaan Engelaar dan de Jong tergolong di luar dugaan. Maklum, Engelaar masih hijau di tim oranye, karena baru tujuh kali tampil untuk tim nasional.De Jong pun bukan pilihan utama setelah tiadanya Bommel dan Seedorf, karena masih ada van Bronckhorst yang juga bisa ditampilkan sebagai gelandang bertahan, serta pemain AZ Alkmaar, Demy de Zeeuw.
Engelaar yang tinggi badannya mencapai 198 sentimeter, termasuk salah satu pemain tertinggi di Liga Belanda, efektif menghalau bola-bola lambung. Berpasangan dengan De Jong yang hanya 174 sentimeter, duet ini terlihat seperti maxi-mini.
Kemenangan pada laga perdana ini, diakui Dirk Kuyt, menghadirkan pesta kecil-kecilan di kamar ganti tim Belanda, usai laga tersebut. "Ada perayaan mendadak di ruang ganti pemain. Saya kira wajar, karena kami mengalahkan Italia, juara dunia tiga kali," kata Kuyt kepada sejumlah wartawan termasuk Kompas, usai pertandingan tersebut.
Namun, lanjut penyerang Liverpool itu, meski hasil maksimal itu layak disyukuri, itu baru hasil partai pertama. Masih ada dua laga berikut yang tak kalah pentingnya, yakni melawan Perancis dan Romania. "Malam ini memang penampilan hebat tim Belanda. Terutama dengan serangan balik yang brilian dan sukses menghasilkan gol kedua," kata Kuyt, yang juga berkontribusi dalam gol kedua dengan assist kepada Sneijder. (Adi Prinantyo, dari Bern Swiss)
Aksi 90 Menit Milik Belanda
Bern, Kompas - Setelah gagal tampil impresif di Piala Dunia, tim Belanda menghadirkan permainan menawan pada partai perdana mereka di Grup C Piala Dunia, Senin (9/6) malam di Stade de Suisse, Bern, Swiss. Tak tanggung-tanggung, dominasi tim Oranye sepanjang 90 menit pertandingan, menghadirkan kekalahan telak 0-3 bagi juara dunia tiga kali, Italia.
Meski kalah, tim "Azzurri" sebenarnya sempat beberapa kali membahayakan gawang Edwin van der Sar. Saat laga baru memasuki menit ketiga misalnya, pemain sayap muda, Antonio di Natale sudah mengoper bola umpan matang ke muka gawang. Namun bola yang ibarat tinggal "disantap" itu, gagal disambar Luca Toni.
Namun, setelah itu Belanda mulai menemukan irama permainan menyerang khas mereka, yang malam itu dipasang van Basten dalam formasi yang tergolong "langka" untuk Belanda: 4-2-3-1. Sesuai tactical line up yang diterima wartawan, di depan kuartet pertahanan Andre Ooijer, Khalid Boulahrouz, Joris Mathijsen dan Giovanni van Bronckhorst; van Basten memasang duet gelandang bertahan Orlando Engelaar dan Nigel de Jong.
Sedangkan tiga gelandang serang yang disiagakan di belakang striker tunggal Ruud van Nistelrooy, adalah Dirk Kuyt, Rafael van der Vaart, dan Wesley Sneijder. Formasi itu memungkinkan Belanda terus mengurung pertahanan Italia, yang memasang duet bek tengah Marco Materazzi dan Andrea Barzagli.
Belanda memperoleh kans pertama pada menit ke-10, lewat sepakan free kick Sneijder, yang mental oleh pagar betis pemain Italia, sebelum disambar van der Vaart lalu ditangkap Gianluigi Buffon. Setelah itu, peluang bertubi-tubi lahir buat tim Oranye.
Menit ke-17, variasi umpan Kuyt dan Nistelrooy membuat bola mengarah ke kotak penalti, namun bola keburu dihalau Buffon. Enam menit kemudian, giliran bola tendangan bebas Sneijder yang dibuang Materazzi.
Gol yang dinanti-nanti puluhan ribu suporter Belanda yang memenuhi dua pertiga kapasitas Stade de Suisse, yang berkapasitas 30.777 tempat duduk, lahir pada menit ke-25. Nistelrooy menyambar bola tendangan Sneijder, dalam posisi berbau offside. Meski demikian, wasit Peter Frojdfeldt tetap mengesahkan gol itu.
Tim "Azzurri" yang asyik menyerang setelah tertinggal satu gol, akhirnya lengah dalam bertahan. Lima menit kemudian, Belanda menghadirkan serangan balik, yang layak dianggap sebagai salah satu proses gol terindah selama Euro kali ini.
Van Bronckhorst yang menyusur sayap kiri, mengirim umpan lambung ke sayap kanan, di mana ada Kuyt. Tanpa didahului kontrol bola, Kuyt menyundul bola ke posisi Sneijder. Gelandang Real Madrid itu menyontek bola ke gawang, dan 2-0.
Keunggulan dua gol Belanda bertambah pada menit ke-78, lewat sundulan van Bronckhorst, dengan posisi Buffon yang sudah keluar dari sarangnya. Belanda bisa unggul 5-0, andai bola tendangan Ibrahim Afellay tidak membentur mistar, dan sepakan Robin van Persie tidak menyamping. (Adi Prinantyo, dari Bern, Swiss)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/11/02023810/belanda.punya.hero.baru