Aragones Menemukan Sistem Baru
30 Juni 2008 | Label: Euro 2008, Luis Aragones, Spanyol | |
"Ketika Fernando Torres dan David Villa bermain, kami hanya memiliki sedikit masalah untuk mendominasi lini tengah. Ketika Cesc Fabregas turun lapangan, kami memegang kendali permainan," kata Luis Aragones.
David Villa cedera pada menit ke-33. Aragones melakukan percobaan. Dia tak mengganti Villa dengan striker lain, tapi dengan Cesc Fabregas yang sebenarnya seorang gelandang menyerang. Artinya, sejak itu Spanyol hanya bermain dengan satu striker. Ternyata, taktik itu memberi pengaruh yang kuat. Spanyol menjadi menguasai pertandingan lebih banyak, dan akhirnya lahirlah gol pertama sampai menang 3-0.
"Rasanya akan lebih baik bagi kami untuk bermain dengan satu striker daripada dengan dua striker. Sebab, kami mampu mengontrol pertandingan dan bisa melakukan tekanan lebih kencang ke pertahanan lawan," jelas Aragones.
Gelandang Spanyol, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta memang cenderung stylist. Mereka punya kemampuan mengatur permainan dan umpan yang baik. Sedangkan Fabregas tak hanya bisa mengatur permainan, tapi juga punya agresivitas tinggi. Kehadirannya membuat permainan Spanyol jadi lebih dinamis.
"Kami memulai permainan dengan umpan-umpan pendek. Ini rupanya tak terlalu membuat masalah buat Rusia dan mereka membalas dengan umpan-umpan panjang yang langsung ke jantung pertahanan kami. Tapi, begitu kami mampu menguasai permainan, kemudian saya berpikir bahwa ini menjadi kunci kesuksesan kami di Euro 2008. Melakukan hal itu di semifinal amat sulit," terangnya.
Aragones juga memuji timnya yang telah menunjukkan semangat dan permainan berkualitas. Sehingga, Spanyol berhasil lolos ke final Euro 2008, pengalaman pertama sejak 24 tahun lalu.
"Tim ini punya mental kemenangan. Mereka belajar banyak dari kegagalan kami di Piala Dunia terakhir. Mereka tahu, tak hanya dibutuhkan permainan bagus untuk memenangkan pertandingan, tapi juga tahu bagaimana berkompetisi," ujar Aragones.
"Para pemain kami sudah begitu matang. Cesc Fabregas dan pemain lainnya memiliki pengalaman seperti pemain yang sudah berumur 28 tahun. Padahal, mereka baru berumur 21 dan 22 tahun. Saya kira, tim ini juga bisa berprestasi di Piala Dunia," tambahnya.
Aragones melanjutkan, meski pihaknya bahagia atas kemenangan lawan Rusia di semifinal, tapi mereka segera terfokus pada partai final lawan Jerman. Sebab, itu merupakan pertandingan terakhir dan menentukan.
"Saya bahagia, tapi tak mau menunjukkannya. Saya lebih bahagia lagi melihat tim kami karena mereka telah melakukan apa saja dan berhak menjadi juara. Tapi, masih ada satu tahap lagi yang harus kami lewati," jelasnya.
"Jerman adalah Jerman. Mereka selalu punya keinginan dan mental juara lawan siapa saja. Mari kita lihat apakah mereka akan memberi kesempatan kepada kami untuk mengembangkan permainan. Tapi, akan sangat sulit bagi tim mana pun yang melawan kami. Terutama jika kami mampu tampil lebih beringas. Secara fisik, Jerman lebih kuat. Tapi, kami bermain dengan langkah yang cermat yang akan membuat lawan kelelahan sendiri," ujarnya. (AP/HPR)