Spanyol Harus Redam Mobilitas Arshavin

26 Juni 2008 | Label: , , | |

Pada pertemuan pertama Spanyol versus Rusia di penyisihan Grup D di Innsbruck, 10 Juni lalu, Rusia memperagakan sepak bola menyerang dan lebih agresif daripada Spanyol. Sebaliknya, pemain-pemain Spanyol justru lebih banyak menunggu dan menusuk lawan lewat serangan-serangan balik yang cepat dan mematikan.

Itu benar-benar di luar dugaan. Sebab, seperti dimaklumatkan Pelatih Spanyol Luis Aragones sehari sebelum laga, Spanyol akan berinisiatif menyerang dan akan mewaspadai serangan-serangan balik Rusia. Strategi Aragones waktu itu mujarab dan hanya dalam waktu 44 menit David Villa dua kali menjebol gawang Rusia.


Partai itu berakhir dengan kemenangan Spanyol 4-1 atas tim polesan Pelatih Guus Hiddink. Pelatih asal Belanda ini marah besar di ruang ganti pemain dan dalam jumpa pers menyebut para pemainnya "terlalu naif dalam bermain dan terlalu sering melakukan kesalahan anak-anak sekolah (schoolboy errors)."

Setelah kalah telak, mengapa Rusia bisa bangkit dan tampil memukau hingga bertahan di semifinal? Faktor kejeniusan Pelatih Guus Hiddink, pelatih yang membawa Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002 dan Belanda ke semifinal Piala Dunia 1998, berperan sangat besar.

Namun, ada satu lagi faktor penting di balik kebangkitan Rusia di Piala Eropa 2008, yakni Andrei Arshavin. Dia adalah pemain Zenit St Petersburg, yang biasa bermain sebagai striker atau gelandang menyerang. Arshavin absen saat Rusia dipukul 1-4 karena skorsing yang diperolehnya pada babak kualifikasi.

Gol-gol Rusia ke gawang Swedia dan Belanda tak luput dari sentuhan kaki pemain berusia 27 tahun itu. Ia mencetak satu gol saat Rusia memukul Swedia 2-0 dan terpilih sebagai pemain terbaik pada laga itu. Pada dua pertandingan itu, Arshavin banyak beroperasi di lini sayap kiri. Kecepatan mobilitas Arshavin memorakporandakan pertahanan Swedia maupun Belanda.

Saat menghadapi Belanda, misalnya, ia memosisikan di sayap kiri ketika gelandang Diniyar Bilyaletdinov menguasai bola. Bilyaletdinov menyodorkan bola itu ke Arshavin yang kemudian men-drible bola, menyusuri sayap kiri sebelum menceploskan umpan silang ke tengah dan diceploskan Dmitri Torbinsky.

Daya jelajah tinggi

Posisi Arshavin sebagai striker kedua di belakang striker utama Roman Pavlyuchenko membuat dia bergerak leluasa ke mana pun bola serangan Rusia mengalir. Itu sebabnya ia tidak terpaku pada lini sayap kiri. Ia berkali-kali memanfaatkan keleluasaannya menjelajah lapangan.

Saat menjebol gawang Swedia, ia bergerak langsung menusuk jantung pertahanan lawan setelah mendapat bola dari bek kiri Yuri Zhirkov dan menyodorkan bola itu ke gelandang kiri Bilyaletdinov. Dengan kecepatan yang dimilikinya, ia sulit dihentikan bek-bek Swedia. Naluri mencetak golnya tinggi.

Dalam posisi sudah di jantung pertahanan Swedia, ia tidak kesulitan melesakkan gol ke gawang Rusia saat mendapat umpan Yuri Zhirkov. Kehadiran Arshavin yang tiba-tiba dan serba mendadak sering membuat barisan belakang lawan terkejut. (Mh Samsul Hadi dari Vienna, Austria).

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/26/02034138/spanyol.harus.redam.mobilitas.arshavin

0 komentar: