Opera Rakyat Kecil

16 Juni 2008 | Label: , | |

Oleh Sindhunata

Bagiku, sehari tanpa sepak bola adalah sebuah hari yang hilang. Begitu kata Ernst Happel dalam biografinya. Happel, pelatih legendaris Austria yang namanya diabadikan di Stadion Vienna, mengungkapkan kata-kata itu dengan penuh rasa gembira dan bahagia.

Betapa murungnya dunia jika tiada sepak bola. Memang sepak bola membuat hari kita indah dan gembira. Dan, kita boleh bergembira karena mulai Sabtu malam ini sampai akhir bulan hari-hari kita akan diisi dengan sepak bola Piala Eropa.

Di atas segalanya, sepak bola adalah hiburan dan kegembiraan. Sebab itu, layak jika pertandingan sepak bola itu kita nanti-nantikan.

"Bola adalah permainan yang sangat emosional, karena itu orang juga harus dapat merayakannya dengan amat emosional," kata Pelatih Jerman Joachim Loew.

Dalam bola ada keseriusan, kengototan, dan perjuangan. Tapi, janganlah kita lupa bahwa bola harus membuat gembira.

Akhir-akhir ini negara kita dibelit persoalan politik yang penuh intrik dan ruwet. Juga ditimpa kekerasan yang tak kunjung padam. Masih lagi disedihkan dengan melonjaknya harga-harga pangan karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kita lelah. Kita butuh sesuatu yang menyegarkan.

Syukurlah, telah datang hari-hari bola yang menggembirakan. Memang jangan sampai karena bola kita terlena dari persoalan yang fundamental. Tetapi, jujur kita juga membutuhkan oase yang menyegarkan.

Inspirasi keindahan
Bola memang bukan sekadar kulit bundar yang disepak ke sana kemari. Bola bisa juga menjadi inspirasi keindahan bagi penyair. Michael Lentz, penyair Jerman, melukiskan, alam ini bagai dunia olahraga. Dan, lihatlah di sana bola selalu ditendang ke depan. Sekali kamu lengah dan berpaling ke belakang, bola pun akan segera tercuri dari kakimu dan kamu akan kehilangan permainan.

Kata Lentz, tidakkah itu semua yang terjadi dalam kehidupan? Dalam hidup ini, kita harus selalu memandang dan melangkah ke depan. Sekali saja kita kendur dan menoleh ke belakang, kita akan ketinggalan.

Sementara orang berpendapat, bola bukanlah bagian dari kultur, apalagi kultur yang adiluhung. Tetapi, janganlah bola diremehkan. Bola tak kalah dari opera. Kata José Carreras, penyanyi opera dari Spanyol, bola adalah opera rakyat atau orang kecil. Menurut dia, opera dan bola sama-sama digerakkan oleh rasa dan nafsu manusia. Itulah sebabnya, kata Carreras, mengapa ia bersama Luciano Pavarotti dan Plácido Domingo mau menyanyi bersama-sama dalam satu konser menyongsong Piala Dunia 1990 di Italia. Pavarotti adalah fans Juventus, Domingo fans Real Madrid, dan Carreras sendiri fans FC Barcelona.
"Sebagai fans sepak bola, kami bertiga adalah musuh. Dan ketika Piala Dunia 1990, saya dan Placido membela permainan ofensif Spanyol, sedangkan Luciano mengagung-agungkan catenaccio. Kami saling berlawanan. Tetapi, dalam konser itu kami mempunyai gejolak rasa yang sama, bagaimana kami dapat menghibur fans bola dan pencinta konser sekaligus," kata Carreras. Hiburan sepak bola Tentu ada getar kultural yang sama dalam bola dan opera. Kalau tidak, mana mungkin ketiga penyanyi besar itu mengonserkan bola? Getar itu, antara lain, adalah gejolak rasa yang memacu manusia untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
"Kita mesti memasang tujuan kita di atas, bukan di bawah," kata Presiden Liga Sepak Bola Swiss Ralph Zloczowers. Untuk itu, Zloczowers dan stafnya menggariskan suatu visi bahwa Swiss ingin menjadi juara. Visi itu harus terdengar di mana-mana, ibarat gaung yang keluar dari lonceng raksasa yang tergantung di kota-kota. Zloczowers mengakui, sejak Piala Dunia 2006, kesebelasan Swiss tak terlalu stabil. Tetapi, menjelang Piala Eropa 2008, tim sudah terbangun dengan solid. Pengurus sepak bola dan pemain Swiss juga mengaku, mereka harus realistis dengan keterbatasannya.
Tetapi, mereka percaya, di dalam bola bisa menyelinap pelbagai unsur yang tak dapat diperhitungkan dan kebetulan. Itulah yang menambah tekad mereka untuk mengalahkan kesebelasan Ceko asuhan Karel Brueckner pada malam pembukaan Piala Eropa 2008. Kendati tekad besar itu, Pelatih Swiss Jakob "Koebi" Kuhn berpesan, jangan sampai para pemainnya kehilangan kegembiraan. "Dalam situasi yang paling serius pun, kita harus bisa gembira dan santai. Tertawa itu adalah bagian dari sepak bola. Kalau tidak, takkan kuat kita menanggungnya. Saya bilang, Sabtu ini kita tidak pergi untuk maju perang, tapi untuk bermain bola. Tidak lebih, tidak kurang. Kita ingin menang, tetapi jangan sampai kita merasa seakan seluruh dunia bergantung pada benang hidup kita," kata Kuhn.
Tegang tapi santai. Serius tapi tertawa. Optimistis tapi realistis. Meletakkan cita-cita setinggi langit, tapi sadar akan keterbatasan. Itu semuanyalah yang ingin kita petik ketika kita menyaksikan Piala Eropa 2008. Semoga hiburan itu dapat sejenak mengistirahatkan kita dari segala kepenatan dan beban hidup yang akhir-akhir ini banyak kita derita. (Sindhunata Wartawan Pencinta Sepak Bola)

0 komentar: