Pemenangnya: Sepakbola
30 Juni 2008 | Label: Euro 2008 | | Oleh Adi Prinantyo
 Oleh Adi PrinantyoPermainan luar biasa yang diperagakan Jerman dan Turki pada semifinal pertama Piala Eropa 2008 di Stadion St Jakob Park, Basel, Swiss, Rabu (25/5) atau Kamis dini hari WIB, menjadikan sepak bola sebagai ”pemenang”. Tim Jerman yang unggul 3-2 menghadirkan penampilan kelas juara, sedangkan Turki, yang kalah, mampu mengimbangi meski tanpa sembilan pemain utama yang cedera dan kena sanksi.
Yang muncul di lapangan adalah partai semifinal yang layak dikenang, seperti dikatakan kolumnis Skysports, Martin Tyler. ”Banyak partai spektakuler di turnamen kali ini, dan salah satu fenomena yang kentara adalah permainan menyerang penuh semangat. Tidak ada tim yang puas jika hanya unggul satu gol. Mereka ingin terus menambah keunggulan,” ujar Tyler.
Taktik Jerman, yang tampil di lapangan dengan formasi 4-2-3-1, terbukti mujarab untuk meredam permainan ngotot Turki. Di depan kuartet pertahanan Philipp Lahm, Christoph Metzelder, Per Mertesacker, dan Arne Friedrich, Pelatih Joachim Loew memasang dua gelandang bertahan: Simon Rolfes dan Thomas Hitzlsperger.
Loew hanya menyiagakan striker tunggal Miroslav Klose di lini depan. Namun, di belakang Klose dan di depan Rolfes-Hitzlsperger, ada trio gelandang serang yang menjadi kunci serangan-serangan tim ”Panser”. Ketiganya tak lain Bastian Schweinsteiger di kiri, kapten Michael Ballack di tengah, dan Lukas Podolski di kiri.
Turki, di tengah keterbatasan pemain, menurunkan formasi 4-1-4-1. Penyerang muda Semih Senturk menjadi tumpuan lini depan. Di belakangnya dipasang empat gelandang serang yang sepanjang pertandingan menjadi motor serangan Turki: Ugur Boral di kiri, Ayhan Akman dan Hamit Altintop di tengah, serta Kazim Kazim di kanan.
Mehmet Aurelio menjadi gelandang bertahan tunggal di depan kuartet pertahanan Hakan Balta, Gokhan Zan, Mehmet Topal, dan Sabri Sarioglu. Melalui formasi ini, Pelatih Turki Fatih Terim berusaha tidak terlalu berani menyerang, tetapi ingin menguasai lini tengah.
Taktik itu lumayan manjur pada babak pertama ketika Turki menciptakan lebih banyak peluang. Hasilnya mereka petik pada menit ke-22 saat Ugur Boral menyambar bola muntah setelah membentur tiang.
Jerman tak mau terlalu lama ketinggalan dan langsung menyamakan skor empat menit kemudian. Gol ini persis gol pertama Jerman ke gawang Portugal. Podolski mendribel bola dengan cepat di sayap kiri, sebelum dioper ke muka gawang. Lagi-lagi Schweinsteiger menyongsong umpan tak kalah cepatnya, dan gol.
Sayap kiri lowong
Pada permainan babak kedua, Jerman mengoptimalkan benar lowongnya posisi di sayap kiri, yang kerap ditinggalkan gelandang kanan Turki, Kazim Kazim, karena asyik menyerang. Situasi ini seperti harga yang harus dibayar mahal oleh Turki karena mereka lebih banyak menyerang lewat sayap kanan. Bahkan bek kanan Sabri Sarioglu pun kerap ikut menyerang.
Gol kedua Jerman, yang lahir lewat sundulan Klose, diawali umpan lambung dari sayap kiri. Gol ketiga, atau gol kemenangan Jerman, pun lahir oleh Philipp Lahm dari permainan umpan tik- tak dari sayap kiri. Gol kedua Turki lahir dari eksplorasi Sabri di sayap kanan, yang lalu mengirimkan umpan kepada Senturk, sebelum menyontek bola ke gawang Lehmann.
Sayap kiri Jerman dan sayap kanan Turki menjadi daerah yang pada akhirnya menguntungkan kedua kubu. Namun, dalam pertandingan itu terbukti Jerman lebih optimal memanfaatkan keuntungan dengan mencetak lebih banyak gol meski di tengah waktu yang terbatas.
Gol Senturk yang menyamakan skor menjadi 2-2 lahir pada menit ke-86. Hanya punya kans empat menit untuk menambah gol, tim ”Panser” menjawab tugas berat itu dengan gol Lahm pada menit ke-90.
Jerman belajar dari Turki soal pentingnya pantang menyerah hingga menit-menit akhir. Turki, ”kuda hitam”—yang tiga kali tertinggal dari lawannya pada tiga laga terakhir, tetapi akhirnya bisa menang—akhirnya takluk oleh tim asuhan Loew yang lebih efektif dalam menyerang.
Terlepas dari siapa yang menang dan kalah, permainan Kamis dini hari di St Jakob Park itu menghadirkan tontonan menarik. Tak ada tim yang bermain defensif. Kedua tim tampil menyerang tanpa takut kebobolan. Di sinilah letak kemenangan sepak bola itu.
Apalagi, saat konferensi pers seusai pertandingan, Fatih Terim secara terbuka mengucapkan selamat kepada Jerman. Sikap sportif dari tim yang kalah, sempurna bukan? Bravo, sepak bola! (Adi Prinantyo dari Basel, Swiss)