Jerman dan Kisah Buram Ernst-Happel

30 Juni 2008 | Label: , , | |

Entah apa yang akan dirasakan para pemain Jerman saat tampil di partai puncak Piala Eropa 2008, Minggu (29/6) atau Senin dini hari WIB, jika mereka ingat sejarah kelam yang melingkupi Ernst-Happel, Vienna, Austria. Mungkinkah mereka bermain kesetanan demi gelar keempat jawara Eropa di tempat yang dulu pernah jadi tempat propaganda rasial Nazi?

Pemilihan Ernst-Happel sebagai tempat laga pamungkas Piala Eropa 2008, apalagi ketika kemudian yang akan tampil adalah Jerman, menjadi terasa istimewa di satu sisi, tetapi menyiratkan nuansa satir di sisi lain.

Bukan kebetulan apabila Ernst-Happel dipilih menjadi tempat penutupan dan partai final. Stadion itu merupakan yang terbesar kapasitasnya—mampu menampung 49.000 kursi—di Austria, bahkan dibandingkan dengan stadion di seluruh Swiss. Dan yang menarik, stadion itu dipilih karena sekaligus akan menjadi simbol peringatan atas kekejaman Nazi Jerman selama pendudukannya di Austria.


Tanggal 3 April 1938, stadion yang saat itu masih bernama Prater menggelar laga antara tim nasional Jerman dan Austria sebagai ”penggabungan” dua negara dalam kekuasaan Nazi yang disebut Anschluss Spiel di bawah pimpinan Adolf Hitler.

Sayang, saat itu Austria menang 2-0 sehingga petinggi Nazi sempat kecewa.

Kisah selanjutnya soal Ernst- Happel lebih horor. Tempat itu digunakan sebagai tempat propaganda ideologi Hitler. Pada 10 dan 11 September 1939, tempat itu dijadikan markas Gestapo Jerman. Mereka menangkap dan menyiksa 1.000 orang Yahudi di stadion itu.

Kesan kelam stadion itu terus bertahan dan berangsur-angsur hilang beberapa dekade kemudian. Salah satunya seiring dengan renovasi dan perubahan nama stadion itu. Pada 1950-an, stadion ini direnovasi dan kapasitasnya bertambah menjadi 90.000 kursi. Namun, pada tahun 1986, stadion itu dikecilkan. Lalu pada 1993 stadion itu kembali diperbaiki dan dilengkapi sejumlah pusat perbelanjaan.

Pemilihan nama Ernst-Happel tahun 1993 dimaksudkan untuk mengenang pelatih legendaris Austria. Happel, yang meninggal pada 1992 karena kanker dalam usia 66 tahun, merupakan pelatih terbesar Austria. Ia antara lain membawa Belanda di final Piala Dunia kedua kali berturut-turut, 1974 dan 1978.

Dana 36,9 juta euro (sekitar 58,2 juta dollar AS) digelontorkan untuk mempercantik stadion itu menjelang Piala Eropa 2008. Kiranya dana sebesar itu bukan ditujukan agar masyarakat dunia tidak sekadar mengenang sejarah kelam Austria, tetapi lebih dari itu, sebagai pengingat dan penyadar agar sejarah tersebut tidak pernah terjadi lagi. (AFP/BEN)

0 komentar: