Jangan Ubah Tim Andalan

23 Juni 2008 | Label: , , | |

Jangan mengubah-ubah tim andalan kemenangan (don't change the winning team). Ungkapan ini sangat populer di kalangan insan bola, mulai dari pelatih, pemain, pengamat, bahkan hingga suporter. Ungkapan yang mengingatkan akan besarnya risiko bongkar pasang tim sepak bola dalam mengarungi kompetisi atau turnamen.

Piala Eropa 2008 baru saja menyelesaikan babak perempat final dengan Spanyol versus Italia di Stadion Ernst-Happel, Vienna, Senin dini hari tadi sebagai laga perempat final terakhir. Tiga partai perempat final lain berakhir dengan hasil mengejutkan. Tiga tim juara grup di penyisihan (Portugal, Kroasia, dan Belanda) telah tumbang.

Ketiganya takluk dari tim-tim yang di babak penyisihan tertatih-tatih untuk bisa lolos ke perempat final. Portugal dihantam Jerman 2-3, Kroasia dilipat Turki lewat drama adu penalti 1-3 setelah imbang 1-1 selama 120 menit, dan Belanda dihajar Rusia 1-3 melalui babak perpanjangan waktu. Mengapa ketiga tim juara grup yang begitu perkasa di penyisihan bisa rontok justru di babak krusial?

Menilik penampilan terakhir ketiga tim itu di penyisihan grup, ada satu benang merah: mereka sama-sama turun dengan pemain lapis kedua.

Mari kita awali dari Portugal, yang memastikan tiket perempat final sebagai juara Grup A begitu memukul Ceko 3-1 pada partai kedua mereka. Pada laga terakhir melawan Swiss-saat Portugal kalah 0-2-Luiz Felipe Scolari memarkir delapan pemain intinya dalam daftar 11 pemain star- ter Portugal. Hanya bek Pepe, Paulo Ferreira, dan kiper Ricardo yang dimainkan. Delapan pemain lainnya diistirahatkan total, bahkan tidak diturunkan untuk cadangan sekali pun.

Ini memang taktik menyimpan energi sebelum tampil hidup-mati di perempat final. Namun, dalam sepak bola taktik dan kalkulasi matematis sering tidak seiring dengan hasil akhir. Hasilnya, di perempat final Portugal dibuat tak berkutik oleh Michael Ballack dan kawan-kawan. Scolari membongkar the winning team dan telah menerima ganjarannya.

Kroasia juga begitu. Dengan tiket perempat final di tangan, Pelatih Slaven Bilic membangkucadangkan sembilan pemain inti saat menghadapi Polandia pada laga terakhir Grup B. Hanya dua pemain inti yang dimainkan: gelandang kiri Ivan Rakitic dan bek kiri Danijel Pranjic.

Berbeda dengan Portugal, Kroasia menundukkan Polandia 1-0. Namun, di perempat final permainan passing mereka macet total, diredam pemain-pemain Turki yang pantang menyerah hingga menit terakhir. Seperti Scolari, Bilic mengganti the winning team pada laga terakhir grup dan telah memetik hasilnya.

Pelatih Belanda Marco van Basten setali tiga uang. Tim yang diraciknya begitu menjanjikan hingga sempat menempati urutan teratas di sejumlah bandar taruhan sebagai favorit juara setelah menggilas Italia 3-0 dan menghajar Perancis 4-1. Pada laga terakhir Grup C melawan Roma- nia-yang tak berpengaruh lagi -Van Basten mengganti semua pemainnya, kecuali bek Khalid Boulahrouz.

Dengan kekuatan lapis kedua, tim "Oranye" masih tak tertandingi dan menang 2-0 atas Romania. Namun, seperti halnya Portugal dan Kroasia, Belanda pun terlempar dari perempat final setelah sebelumnya mengubah the winning team.

Kehilangan ritme

Alasan para pelatih menurunkan lapis kedua cukup logis, mereka ingin skuad utamanya bisa tampil segar bugar di partai berikutnya atau perempat final. Namun, ada satu elemen yang hilang dari keputusan tersebut, yaitu soal ritme penampilan tim.

Piala Eropa 2008 adalah turnamen panjang. Dari kick-off hingga final memakan waktu tiga pekan lebih. Hanya tim-tim yang mampu menjaga ritme penampilan itulah yang bisa bertahan lebih lama.

Jerman, Turki, dan Rusia dihadapkan pada situasi hidup-mati sebelum mereka melangkah ke perempat final. Oleh karena itu, ketika menghadapi situasi hidup-mati pada babak berikutnya mereka tak lagi butuh adaptasi. Atmosfer psikologis tim dan semangat untuk menaklukkan tim lawan tetap terjaga. Situasi-situasi seperti ini penting untuk memelihara ritme permainan tim. (Mh Samsul Hadi dari Vienna, Austria)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/23/00542995/jangan.ubah.tim.andalan

0 komentar: