Rahasia Sukses Spanyol

30 Juni 2008 | Label: , , | |

SEBUAH kejutan, sekaligus fenomena besar ketika Spanyol menjuarai Piala Eropa 2008. Negeri yang selalu belepotan di kompetisi internasional ini, tiba-tiba tampil menawan. Selalu menang di semua pertandingan, termasuk mengalahkan Jerman 1-0 di final, Minggu atau Senin (30/6).

Banyak hal yang menjadi faktor kesuksesan itu. Salah satunya adalah faktor pelatih Luis Aragones. Dia punya keyakinan kuat atas konsepnya. Selain itu, dia juga dia juga pintar membangun suasana tim menjadi kondusif, kompak, dan punya kerja sama yang baik. Sejak awal dia menempatkan semua pemain sama dan setara. Tak ada istilah bintang dalam timnya. Itu yang memotivasi setiap pemain ingin menunjukkan yang terbaik.

Karena itu pula, dia berani mencoret Raul Gonzalez. Simbol sepakbola Real Madrid, dan mungkin Spanyol. Bertahun-tahun dia langganan timnas Spanyol, tapi Aragones berani mencoretnya. Bahkan ketika dia menunjukkan permainan bagus bersama Madrid di musim 2007-08, dia tetap tak memanggilnya.

Aragones seperti ingin membawa Spanyol ke era baru yang tak lagi ada penonjolan pemain dan lepas dari ketergantungan kepada Raul. Toh, Spanyol punya bakat yang kaya.

Kekompakan, itu kata yang sulit terjadi dalam diri tim Spanyol. Maklum, ada beberapa suku yang merasa setengah hati bermain dengan bendera Spanyol yang pernah melukai masa lalu mereka. Contohnya Catalonia dan Basque. Kedua wilayah itu malah punya lagu kebangsaan dan timnas sendiri.

Timnas kali ini masih ada Andres Iniesta, Carles Puyol, Xavi Hernandez yang dari Catalonia. Juga ada Xabi Allonso dari wilayah Basque. Saat lagu kebangsaan Spanyol dinyanyikan, mereka tak ikut bernyanyi. Beda dengan tim lain yang kompak dan antusias menyanyikan lagu kebangsaan.

Namun, itu soal lain. Sepakbola adalah lain hal pula. Kerinduan panjang, 44 tahun, tak menjuarai trofi internasional, membuat para pemain melupakan perbedaan politik. Mereka kemudian satu dalam ambisi, tujuan, semangat, dan cara bermain. Sehingga, Spanyol pun muncul sebagai tim yang kuat.

Secara materi, Spanyol juga sedang lengkap-lengkapnya. Ada Iker Casillas yang jago di bawah mistar. Di lini belakang ada Puyol dan Sergio Ramos yang begitu dominan. Di tengah, Spanyol kaya pemain yang mampu mengatur permainan, sekaligus menguasai bola dengan baik.

Dalam beberapa pertandingan, mereka selalu memiliki penguasaan bola yang lebih baik. Sehingga, mereka pun punya peluang mencetak gol lebih banyak. Memiliki striker tajam seperti David Villa dan Fernando Torres, serangan Spanyol menjadi begitu tajam dan sulit dihentikan tim mana pun. Rusia dihajar 4-1 dan 3-0. Yunani dikalahkan 2-1. Swedia dihentikan 2-0, lawan Italia seri 0-0 dan menang adu penalti. Terakhir, Jerman dikalahkan 1-0. Ini hasil yang menunjukkan produktivitas, sekaligus kekuatan bertahan. Spanyol paling banyak mencetak gol, 12 gol, dan hanya kemasukan 2 gol.

Dalam permainan, Spanyol juga jago meredam serangan lawan dan menekan balik. Saat lawan Jerman, mereka selalu menekan setiap pemain lawan menguasai bola. Sehingga, mereka tak sempat mengembangkan permainan. Michael Ballack dibuat kesulitan bergerak oleh Marcos Senna atau Xavi. Bastian Schweinsteiger juga diredam dinamismenya oleh jajaran lini tengahnya. Lukas Podolski juga dibatasi gerakannya. Sehingga, Jerman gagal mengembangkan permainan seperti saat mengalahkan Portugal 3-2.

Spanyol juga memiliki kemampuan bermain secara fleksibel. Begitu memasuki kompetisi, Spanyol memakai dua striker (Torres dan David Villa). Cedera David Villa saat lawan Rusia di semifinal, membuat Aragones memasukkan Cesc Fabregas. Spanyol pun hanya memakai satu striker dengan sistem 4-2-3-1 atau 4-5-1.

Hasilnya luar biasa. Spanyol yang tadinya ditahan 0-0, akhirnya mampu mendominasi permainan dan menghajar Rusia 2-0. Sistem itu kembali dipakai Aragones saat lawan Jerman dan ternyata manjur. Pertama, karena lini tengah tetap mampu menguasai permainan, kedua striker tunggal atas nama Fernando Torres bisa diandalkan menjebol gawang lawan. (HPR)



0 komentar: