Hip, Hip, Hurra untuk Belanda!
14 Juni 2008 | Label: Belanda, Euro 2008 | |Oleh Budiarto Shambazy
Sukses Belanda menaklukkan Italia menimbulkan harapan pada kebangkitan kembali totaalvoetbal. Kemenangan tim Oranye tak sembarangan karena yang dipermalukannya Italia, juara dunia empat kali!
Menurut berbagai versi kantor berita, tak satu pemain tim Kincir Angin pun yang mendapat angka merah di bawah 5. Edwin van der Sar, Khalid Boulahrouz, Orlando Engelaar, Dirk Kuyt, dan Rafael van der Vaart dapat 7. Giovanni van Bronckhorst dan Wesley Sneijder meraih angka 8.
Sukses Belanda menaklukkan Italia menimbulkan harapan pada kebangkitan kembali totaalvoetbal. Kemenangan tim Oranye tak sembarangan karena yang dipermalukannya Italia, juara dunia empat kali!
Menurut berbagai versi kantor berita, tak satu pemain tim Kincir Angin pun yang mendapat angka merah di bawah 5. Edwin van der Sar, Khalid Boulahrouz, Orlando Engelaar, Dirk Kuyt, dan Rafael van der Vaart dapat 7. Giovanni van Bronckhorst dan Wesley Sneijder meraih angka 8.
Mungkin Belanda belum setajam Portugal dan menakutkan seperti Jerman. Namun, turnamen sekaliber Piala Eropa semestinya melahirkan tim yang menorehkan tinta emas dalam evolusi system of play sepak bola dunia.
Totaalvoetbal (sepak bola puting-beliung) bukan barang baru karena fondasinya sudah diletakkan Pelatih Ajax Amsterdam Jack Reynolds (1915-1925, 1928-1940, dan 1945-1947). Reynolds mewarisinya ke seorang pemainnya, Rinus Michels, yang kelak menggantikannya jadi manajer sebelum memangku pos pelatih tim nasional.
Beruntung Michels memiliki Johan Cruyff, bintang Ajax yang berbakat dan urakan. Beruntung Michels bertangan besi sehingga ia tega mendepak Piet Keizer, bintang yang lebih berbakat dibandingkan Cruyff, meski dinilai kalah leadership dibandingkan dengan Cruyff.
Berkat Cruyff, totaalvoetbal- yang di negara-negara Persemakmuran itu disebut dengan "Clockwork Orange" (film yang disutradarai Stanley Kubrick)- mencapai kejayaan ketika Belanda lolos ke final Piala Dunia 1974. Namun, kerja keras Michels-Cruyff-Ajax-Belanda telah dimulai ketika Ajax menaklukkan Panathinaikos 4-1 di final Liga Champions 1970. Ajax menjadi juara lagi dua tahun berikutnya-mengalahkan Inter Milan 2-0 tahun 1972.
Setelah final itu, nyaris semua koran Eropa menulis kekalahan Inter dengan judul "Lonceng Kematian Sistem Gréndél dan Kejayaan Sepak Bola Puting Beliung". Bukan kebetulan tiga gol yang dibukukan Ruud van Nistelrooy, Sneijder, dan Van Bronckhorst, Selasa (10/6) dini hari WIB, membungkam sistem gréndél lagi.
Pemain serba guna
Sepak bola puting beliung disempurnakan Michels, didirigeni Cruyff, dan didukung para pemain yang telah mumpuni. Libero diperani Barry Hulshoff yang akhirnya cedera berat dan digantikan Ruud Krol. Peranan bek sayap penjelajah-yang berubah peran menjadi penyerang sayap modern yang kini dikenal-telah dimulai oleh duet Wim Suurbier/Wim Rijsbergen.
Gelandang kelas worker dimainkan oleh Johan Neeskens (awalnya seorang bek), Arie Haan, dan Johnny Rep. Uniknya, Neeskens, Haan, dan Rep- bersama Cruyff dan Rob Rensenbrik-juga mampu berperan sebagai striker yang mematikan. Jangan lupakan pula peranan Van de Kerkhof bersaudara (René dan Willy), Wim Jansen, Willem van Hanegem, Ernie Brandts, dan bahkan Dick Nanninga.
Pada intinya, setiap pemain tim puting beliung ini memiliki predikat sebagai utility players (pemain serba guna) yang kini bertebaran di Eropa. Itu sebabnya pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, menerapkan slogan "jemput bola" untuk timnas PSSI yang nyaris lolos ke Olimpiade 1976. Makna slogan itu sederhana, pemain jangan malas.
Totaalvoetball mengatakan, pemain yang lari dari posisinya segera digantikan pemain lain hingga struktur organisasional terjaga. Dalam sistem yang ajek ini tak ada yang bertugas di posisi tertentu. Semua menyerang, jadi gelandang, atau bek.
Praktik total football tergantung dari kemampuan pemain menyesuaikan diri dengan rekan-rekannya. Selain paham taktik, tiap pemain mesti punya kemampuan teknis dan kesiapan fisik memadai.
Elemen paling vital praktik totaalvoetbal adalah ruang. "Kami tak pernah stop bicara soal ruang. Cruyff yang mendikte ke mana pemain lari, di mana berdiri, dan kapan jangan bergerak," kata Hulshoff.
"Sepak bola sederhana adalah hal yang terindah. Namun, memainkan sepak bola secara sederhana adalah hal yang paling susah," kata Cruyff. Setelah Cruyff gantung sepatu, ada Ruud Gullit, Marco van Basten (kini pelatih Belanda) yang jauh lebih baik ketimbang Rensenbrink, dan Van Nistelrooy belum tentu kalah dibandingkan Van Basten.
Siapa tahu Sneijder lebih berkualitas dibandingkan Haan, Rep atau Neeskens. Saya yakin Bouhlarouz bermasa depan lebih cerah dibandingkan Hulshoff, Krol, bahkan mungkin Ronald Koeman. Dan, Belanda 2008 tak mustahil berbicara lebih banyak di Piala Dunia 2010.
Pendek kata, ada sebersit rasa optimisme totaalvoetbal bangkit kembali karena prolog menuju ke arah itu mulai ditampakkan oleh Belanda 2008. Perjalanannya masih terlalu awal, tetapi penggila sepak bola global telah mengangkat gelas anggur sambil berucap, "Hip, hip, hurra untuk Belanda!"
Totaalvoetbal (sepak bola puting-beliung) bukan barang baru karena fondasinya sudah diletakkan Pelatih Ajax Amsterdam Jack Reynolds (1915-1925, 1928-1940, dan 1945-1947). Reynolds mewarisinya ke seorang pemainnya, Rinus Michels, yang kelak menggantikannya jadi manajer sebelum memangku pos pelatih tim nasional.
Beruntung Michels memiliki Johan Cruyff, bintang Ajax yang berbakat dan urakan. Beruntung Michels bertangan besi sehingga ia tega mendepak Piet Keizer, bintang yang lebih berbakat dibandingkan Cruyff, meski dinilai kalah leadership dibandingkan dengan Cruyff.
Berkat Cruyff, totaalvoetbal- yang di negara-negara Persemakmuran itu disebut dengan "Clockwork Orange" (film yang disutradarai Stanley Kubrick)- mencapai kejayaan ketika Belanda lolos ke final Piala Dunia 1974. Namun, kerja keras Michels-Cruyff-Ajax-Belanda telah dimulai ketika Ajax menaklukkan Panathinaikos 4-1 di final Liga Champions 1970. Ajax menjadi juara lagi dua tahun berikutnya-mengalahkan Inter Milan 2-0 tahun 1972.
Setelah final itu, nyaris semua koran Eropa menulis kekalahan Inter dengan judul "Lonceng Kematian Sistem Gréndél dan Kejayaan Sepak Bola Puting Beliung". Bukan kebetulan tiga gol yang dibukukan Ruud van Nistelrooy, Sneijder, dan Van Bronckhorst, Selasa (10/6) dini hari WIB, membungkam sistem gréndél lagi.
Pemain serba guna
Sepak bola puting beliung disempurnakan Michels, didirigeni Cruyff, dan didukung para pemain yang telah mumpuni. Libero diperani Barry Hulshoff yang akhirnya cedera berat dan digantikan Ruud Krol. Peranan bek sayap penjelajah-yang berubah peran menjadi penyerang sayap modern yang kini dikenal-telah dimulai oleh duet Wim Suurbier/Wim Rijsbergen.
Gelandang kelas worker dimainkan oleh Johan Neeskens (awalnya seorang bek), Arie Haan, dan Johnny Rep. Uniknya, Neeskens, Haan, dan Rep- bersama Cruyff dan Rob Rensenbrik-juga mampu berperan sebagai striker yang mematikan. Jangan lupakan pula peranan Van de Kerkhof bersaudara (René dan Willy), Wim Jansen, Willem van Hanegem, Ernie Brandts, dan bahkan Dick Nanninga.
Pada intinya, setiap pemain tim puting beliung ini memiliki predikat sebagai utility players (pemain serba guna) yang kini bertebaran di Eropa. Itu sebabnya pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, menerapkan slogan "jemput bola" untuk timnas PSSI yang nyaris lolos ke Olimpiade 1976. Makna slogan itu sederhana, pemain jangan malas.
Totaalvoetball mengatakan, pemain yang lari dari posisinya segera digantikan pemain lain hingga struktur organisasional terjaga. Dalam sistem yang ajek ini tak ada yang bertugas di posisi tertentu. Semua menyerang, jadi gelandang, atau bek.
Praktik total football tergantung dari kemampuan pemain menyesuaikan diri dengan rekan-rekannya. Selain paham taktik, tiap pemain mesti punya kemampuan teknis dan kesiapan fisik memadai.
Elemen paling vital praktik totaalvoetbal adalah ruang. "Kami tak pernah stop bicara soal ruang. Cruyff yang mendikte ke mana pemain lari, di mana berdiri, dan kapan jangan bergerak," kata Hulshoff.
"Sepak bola sederhana adalah hal yang terindah. Namun, memainkan sepak bola secara sederhana adalah hal yang paling susah," kata Cruyff. Setelah Cruyff gantung sepatu, ada Ruud Gullit, Marco van Basten (kini pelatih Belanda) yang jauh lebih baik ketimbang Rensenbrink, dan Van Nistelrooy belum tentu kalah dibandingkan Van Basten.
Siapa tahu Sneijder lebih berkualitas dibandingkan Haan, Rep atau Neeskens. Saya yakin Bouhlarouz bermasa depan lebih cerah dibandingkan Hulshoff, Krol, bahkan mungkin Ronald Koeman. Dan, Belanda 2008 tak mustahil berbicara lebih banyak di Piala Dunia 2010.
Pendek kata, ada sebersit rasa optimisme totaalvoetbal bangkit kembali karena prolog menuju ke arah itu mulai ditampakkan oleh Belanda 2008. Perjalanannya masih terlalu awal, tetapi penggila sepak bola global telah mengangkat gelas anggur sambil berucap, "Hip, hip, hurra untuk Belanda!"